Berdirinya Divers Clean Action (DCA) pada 2015 merupakan wujud dari kepedulian kelompok anak muda terhadap kondisi laut yang kian memburuk. Meskipun memiliki misi utama mengelola sampah laut, fokusnya kini juga meluas ke area konservasi dan isu-isu lain yang berkaitan, ini merupakan salah satu alasan yang mendukung bergabungnya DCA dalam program Todo Cama.
Telah ada sejak 2018, Sky Volunteer, sebuah startup yang bergerak di bidang penanganan bencana alam, turut berpartisipasi dalam program Todo Cama dengan menyediakan data spasial menggunakan UAV atau drone. Data ini sangat penting dalam pemetaan untuk mengelola risiko bencana seperti tsunami, kekeringan, dan banjir yang mengancam Labuan Bajo dan sekitarnya. Dengan mengadvokasi kebijakan penanggulangan bencana dan memberikan pelatihan penggunaan UAV untuk kemanusiaan, Sky Volunteer berupaya memastikan bahwa Golo Mori tidak hanya indah tetapi juga aman.
Maju ke tahun 2019, Kole Project berdiri sebagai komunitas yang peduli terhadap lingkungan. Di tengah gemuruh perkembangan pariwisata, mereka menyadari bahwa Labuan Bajo belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai. Sampah yang ada kala itu hanya ditampung di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) tanpa ada upaya pengelolaan yang sistematis. Karakter kolaboratif menjadi ciri khas Kole Project. Melalui pendekatan ekonomi sirkular yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, Kole Project berupaya menciptakan solusi bersama untuk masalah sampah.
Menemani ketiga entitas lainnya dengan peran yang sangat penting, Karmabumi, sebuah social enterprise yang lahir dari kesadaran akan urgensi perubahan iklim menempatkan fokusnya pada solusi-solusi yang mengatasi tantangan lingkungan, khususnya dalam sektor pertanian. Sadar akan dampak besar emisi dari sektor pertanian terhadap perubahan iklim tersebut, Karmabumi berusaha mendampingi pengelolaan pertanian dengan cara yang berkelanjutan. Upaya-upaya tersebut dengan konsisten dilakukan sejak 2019.
Kolaborasi keempat entitas melalui program Todo Cama di Desa Golo Mori, Nusa Tenggara Timur, yang didanai GoTo Impact Foundation merupakan langkah strategis untuk menangani masalah sampah. Program ini berawal dari ide-ide terintegrasi yang kemudian diimplementasikan selama satu tahun.
Dalam program ini, DCA berperan dalam edukasi dan pengumpulan data. Di Golo Mori, DCA menerapkan strategi edukasi yang menyeluruh. Pendekatan door-to-door dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada setiap rumah tangga mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang baik. DCA juga mengumpulkan data tentang jumlah sampah yang dihasilkan, yang kemudian digunakan untuk mendukung edukasi berbasis data.
Kole Project dan DCA memiliki tugas spesifik yang berbeda namun saling berhubungan. DCA bertanggung jawab memberikan pelatihan dan edukasi kepada masyarakat, termasuk melatih petugas Tempat Pembuangan Sementara (TPS) tentang cara mengelola sampah dengan benar. Di sisi lain, Kole Project mendampingi dalam hal yang sifatnya lebih operasional, seperti penanganan sampah dan pengangkutannya.
Setiap hari, Kole Project menjalankan kegiatan rutin yang melibatkan pembelian sampah dari masyarakat yang telah diberikan edukasi. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan dari berbagai outlet seperti hotel, restoran, rumah makan, dan sekolah. Kole Project tidak hanya menunggu sampah dikirim, tetapi juga aktif mengunjungi dan menjemput sampah daur ulang atas permintaan. Sampah yang terkumpul kemudian dibawa ke gudang untuk dipilah dan diproses lebih lanjut.
Sebagai bagian dari konsorsium, Karmabumi menjalankan perannya dalam mendampingi Desa Golo Mori menuju pertanian berkelanjutan. Keberadaan mereka dalam program ini tidaklah kebetulan, karena mereka telah mengenal Kole Project dan DCA sebelumnya.
Dalam pendampingan terhadap Desa Golo Mori, Karmabumi fokus pada pendampingan tata kelola lahan, khususnya pertanian, dengan nature based solution. Selain itu, edukasi tentang penerapan pola hidup permaculture juga diberikan untuk mewujudkan pertanian yang lestari dan berkelanjutan, salah satunya dengan menyediakan jasa konsultasi. Sejauh ini, Karmabumi dan warga Golo Mori telah melangkah bersama menuju transisi dari pertanian konvensional ke pertanian regeneratif.
Dalam konteks mitigasi bencana alam, peta kerusakan menjadi hal yang penting. Peta tersebut merupakan salah satu produk utama dari Sky Volunteer, diramu dengan data lainnya untuk menjadi acuan alokasi dukungan oleh berbagai pihak. Hal ini mencakup asesmen kerusakan wilayah dan bangunan berbasis citra udara, dokumentasi, dukungan data dan informasi, serta dukungan lainnya sesuai perkembangan situasi di Golo Mori.
Sky Volunteer juga bertanggung jawab dalam program safe school movement. Ini adalah satu dari banyak upaya Sky Volunteer dalam memberikan edukasi terkait mitigasi bencana alam. Dalam program ini, target sosialisasinya adalah para murid SD di Golo Mori. Mereka tak hanya menerima materi secara pasif dalam ruang kelas, namun mereka berkesempatan untuk mempraktikkannya di lapangan.
Selama satu bulan terakhir, DCA telah melakukan diskusi kelompok terarah dengan warga Golo Mori dan mengambil sampel sampah di empat dusun: Soknar, Jarak, Lo’ok, dan Compang. Data yang dikumpulkan dari keempat dusun tersebut menjadi dasar pelatihan pengelolaan sampah yang dilaksanakan bersama Kole Project. Dalam pelatihan ini, masyarakat diajari cara mengolah sampah di desanya sendiri, dan dari sinilah terbentuk kelompok inisiatif masyarakat, yaitu Peduli Sampah Golo Mori (PSG).
Pelatihan yang diberikan oleh DCA dan Kole Project tidak hanya mencakup teori, tetapi juga praktik langsung. Masyarakat diajak mengunjungi tempat-tempat pengolahan sampah di Labuan Bajo, seperti Gudang Kole dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di Warloka. Di sana, mereka melihat tumpukan sampah yang telah menggunung di TPA dan mempelajari proses pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran dan pemilahan.
Kendala di Balik Upaya Mewujudkan Desa Wisata yang Sustainable
Pelaksanaan edukasi door-to-door sempat tertunda karena kendala pembangunan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang kekurangan material di Labuan Bajo, termasuk kesulitan menemukan lahan yang cocok. Karena membutuhkan lahan yang strategis, diperlukan kerja sama erat dengan pihak desa dan warga. Dibutuhkan waktu hampir tiga hingga empat bulan untuk menemukan lahan yang dapat digunakan, baik dari kantor desa maupun warga yang bersedia meminjamkan atau menghibahkan tanah mereka.
Namun, program-program lain seperti diskusi kelompok terarah masih berjalan dengan lancar. Masyarakat Golo Mori sangat mendukung dan bahkan proaktif dalam merespons inisiatif ini, termasuk dengan mengusulkan kegiatan tambahan di luar rencana awal.
Selain itu, memulai inisiatif baru di tempat yang belum terbiasa dengan sistem pendampingan tentu tidak mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah meyakinkan masyarakat tentang pentingnya program ini. Pendekatan intensif dan berkelanjutan diperlukan untuk membangun kepercayaan dan keterlibatan aktif dari warga desa.
Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melihat dampak nyata dari proyek ini, karena perubahan yang dihasilkan tidak dapat terjadi secara instan atau singkat. Diperlukan timeline proyek yang lebih panjang agar dapat melihat perubahan sebelum dan sesudah implementasi dengan jelas.
Rencana dan Harapan Untuk Golo Mori
Dalam beberapa bulan ke depan, fokus utama DCA adalah melanjutkan edukasi door-to-door. Tahap pertama adalah membekali warga dengan fasilitas pemilahan sampah seperti kantong dan ember sampah. Selanjutnya, diadakan uji coba pengangkutan sampah selama dua minggu.
Pada bulan berikutnya, seluruh entitas akan melaksanakan pelatihan tambahan yang lebih intensif. Setelah itu, evaluasi akan dilakukan lagi untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kendala-kendala yang ada. Uji coba ini akan terus berlanjut hingga sistem pengangkutan sampah dapat berjalan dengan lancar dan efektif.
Tujuan utama dari program ini adalah agar masyarakat Desa Golo Mori dapat melanjutkan inisiatif ini secara mandiri setelah program selesai. Para entitas sangat berharap agar warga desa tidak hanya sekedar melanjutkan apa yang telah dimulai, tetapi juga mampu mengembangkan program ini secara berkelanjutan.
Penulis: Haneeza Afra