Pada 15-16 Juni 2024 lalu, Divers Clean Action dan Wahana Visi Indonesia melakukan evaluasi ASKA di Hotel Salak Heritage Bogor. ASKA sendiri merupakan asosiasi simpan pinjam untuk kesejahteraan anak. Ini juga merupakan salah satu model kelompok simpan pinjam berbasis masyarakat yang dikembangkan oleh Wahana Visi Indonesia.
Dalam pertemuan itu, para fasilitator dan anggota ASKA saling bertukar pengalaman selama bergabung dalam program. Tujuannya untuk mempelajari kendala ataupun tantangan yang dihadapi setiap kelompok ASKA.
Dalam ASKA sendiri, terdapat tiga jenis instrumen simpanan: saham, dana sosial, dan denda. Saham pada dasarnya merupakan dana tabungan anggota. Sedangkan, dana sosial adalah dana yang digunakan untuk anggota yang memang membutuhkan, seperti anggota yang sakit atau berduka. Tak kalah penting, ASKA juga memiliki denda.
Namun, dalam ASKA, denda cenderung diartikan sebagai alat untuk mendisiplinkan para anggota. Jadi, ketika ada anggota yang didenda, sebenarnya uang denda itu akan kembali ke dalam tabungan untuk kepentingan bersama.
Implementasi program yang menyesuaikan kebutuhan dan kesepakatan anggotanya menjadi salah satu hal yang dibahas saat evaluasi. Misalnya, di Jakarta Utara, dana sosial dari program ASKA dapat digunakan untuk sumbangan kebersihan.
Sedangkan, di Jakarta Timur, dananya sebatas untuk anggota yang sakit, seperti kecelakaan. Ini kemudian dibahas lebih lanjut batasan penggunaan dananya, serta kepentingan apa saja yang dapat dibiayai.
Studi kasus mengenai peminjaman saham juga dilakukan. Dalam peraturan ASKA di lokasi tertentu, anggotanya hanya boleh meminjam dua hingga tiga kali nilai simpanan saham mereka.
Di lokasi lain, peraturannya berbeda. Anggota yang nilai simpanan sahamnya tidak cukup untuk melakukan peminjaman dapat meminjam saham milik anggota lainnya yang jumlahnya cukup atau lebih banyak.
Setelah mengkaji lebih lanjut beberapa kasus, para fasilitator mengusulkan solusi. Contohnya, pembatasan pemberian pinjaman bagi anggota ASKA, maksimal 3 kali total saham yang dimiliki masing-masing anggota dan menyarankan untuk tidak melakukan pinjaman menggunakan nama anggota lain untuk meminimalisir resiko.
Yuk, Tahu Lebih Banyak Tentang ASKA!
Program ASKA bersifat otonom dan dikelola oleh kelompok masyarakat, biasanya anggotanya terdiri dari nasabah bank sampah. Tujuan diciptakannya, yakni untuk memberi manfaat kepada kelompok dengan misi utama menyejahterakan anak.
Kelompok ini terdiri dari 15 hingga 25 anggota, termasuk pengurusnya yang berjumlah 5 orang. Siklusnya sendiri 9 hingga 12 bulan, tergantung kebutuhan dan jumlah anggotanya.
Pelaksanaan ASKA yang berdampingan dengan Bank Sampah menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan antara kedua program ini. Mulai dari lokasi yang sama hingga nasabah yang sama pula.
Dalam satu kelompok Bank Sampah, bisa ada satu hingga dua kelompok ASKA yang terbentuk. Untuk saat ini, sudah ada 11 kelompok di Jakarta Utara dan 3 kelompok di Jakarta Timur.
Dalam proses pembentukannya, para fasilitator menghadapi berbagai tantangan. Mengingat bahwa program ini cukup sensitif karena melibatkan keuangan warga secara langsung. Penolakan dari warga juga tak terhindarkan. Ini yang membuat ASKA menjadi program yang tidak wajib.
Biasanya kelompok ASKA dapat merasakan manfaat dari program setelah menjalaninya selama satu siklus. Oleh karena itu, selama siklus pertama, pendampingan dilakukan secara intensif guna membangun kepercayaan kelompok.
Program ASKA merupakan bagian dari PHINLA yang bertujuan meningkatkan perekonomian rumah tangga dengan pengelolaan sampah. Dari yang tadinya menabung di Bank Sampah, sekarang warga dapat melatih pengelolaan uang mereka lewat program ASKA.
Selebihnya tentang PHINLA dapat diakses di sini!
Penulis: Haneeza Afra