Pada 2-3 September 2024 lalu, Bappenas RI menyelenggarakan High-Level Forum Multi-Stakeholder Partnership atau HLF MSP yang acara utamanya berlokasi di Bali International Convention Center. Sedangkan, acara pendukungnya dilaksanakan di The Westin Resort Nusa Dua dalam periode yang sama. HLF MSP ini juga merupakan bagian dari rangkaian KTT Asia-Afrika.
Tahun ini, forum tersebut mengangkat tema besar “Strengthening Multi-Stakeholder Partnership for Development Towards a Transformative Change”. Partisipannya pun cukup luas, mulai dari kementerian, perwakilan United Nations Development Programme (UNDP), hingga tamu undangan dari ASEAN yang menjalin kerja sama dengan Indonesia.
Dalam kesempatan besar itu, Wahana Visi Indonesia (WVI) dan Divers Clean Action (DCA) dalam proyek PHINLA mengambil bagian sebagai pengelola salah satu acara pendukung yang berbentuk talk show.
Kedua entitas tersebut mengangkat tema pengelolaan sampah dan perekonomian masyarakat agar dapat mewujudkan 3 hal berikut:
Pelaksanaan talk show itu juga merupakan upaya WVI dan DCA dalam menyampaikan ke khalayak pentingnya kolaborasi kementerian lingkungan antar negara dan bagaimana PHINLA telah menoreh pencapaian di tingkat masyarakat, seperti Bank Sampah dan Asosiasi Simpan Pinjam untuk Kesejahteraan Anak (ASKA), serta bagaimana proyek ini dapat menciptakan dampak berkelanjutan.
Dalam membahas stakeholder, penting untuk diingat bahwa setiap negara memiliki tantangan dan peluang yang berbeda terkait manajemen sampah. Harapannya, para tamu undangan dapat belajar dari pengalaman masing-masing negara. Selain itu, perlu ada promosi model pengelolaan sampah yang berkelanjutan, baik untuk komunitas maupun pemerintah. Terakhir, penting untuk mendapatkan dukungan terkait kebijakan dan regulasi di tingkat lokal hingga nasional, sesuai dengan target masing-masing negara dalam pengelolaan sampah.
Wingky Vikri Saputri, selaku penanggung jawab acara dari pihak DCA, juga menceritakan bagaimana acara ini memberi kesan positif dan diterima dengan baik oleh para tamu undangan.
“Jadi ada satu orang, dia itu dari Plastic Bank Indonesia yang memang dia tertarik banget bagaimana belajar terkait penggunaan proyek di PHINLA, baik yang fase 1 ataupun fase 2. Juga banyak belajar terkait pengalaman-pengalaman yang dibawa dari tiga negara ini untuk bisa akhirnya berlanjut ke fase 2 dan juga semakin mengembangkan area proyeknya,” kata Wingky.
Pihak internal PHINLA dari Filipina dan Sri Lanka bahkan mengapresiasi adanya acara seperti HLF MSP, yang mengajak negara-negara lain berpartisipasi secara aktif. Ini karena adanya perbedaan frekuensi penyelenggaraan acara multipihak skala besar antara Indonesia dan dua negara tersebut.
Wingky juga menambahkan bagaimana HLF MSP ini bermanfaat untuk seluruh entitas yang terlibat langsung, “Kenapa bermanfaat? Karena banyak lembaga yang mengisi di main event ataupun side event dengan proyek yang berbeda, dengan tema yang berbeda. Bagaimana melihat point of view dari informal sektor yang menjadi speakers, atau point of view dari kementerian yang menjadi speakers.”
Wawasan baru yang didapat dari acara tersebut menginspirasi dan mengingatkan potensi Indonesia dalam mengembangkan proyek pelestarian lingkungan, termasuk pengelolaan sampah. Wingky meyakini bahwa sistem pengelolaan sampah yang baik dapat terwujud apabila pihak swasta hingga pemerintah Indonesia, yang memiliki cara kerja berbeda, memaksimalkan kerja sama mereka.
Penulis: Haneeza Afra