News & Updates
News & Updates / Updates / Toko Cura di Bazar UMKM: Tantangan Tidak Selalu soal Penjualan, tapi Meraih Hati Masyarakat
Toko Cura di Bazar UMKM: Tantangan Tidak Selalu soal Penjualan, tapi Meraih Hati Masyarakat
DCA

Pada bulan Agustus dan September 2024, dua bazar diselenggarakan di Kepulauan Seribu. Acara ini diprakarsai oleh Sudin PPKUKM dengan tujuan mendukung usaha kecil setempat sekaligus memperkenalkan praktik berkelanjutan melalui promosi produk yang dapat digunakan kembali.
 

Bazar pertama berlangsung pada tanggal 2-3 Agustus 2024 di Pulau Harapan, diikuti oleh acara kedua pada tanggal 5-6 September 2024 di Pulau Kelapa. Bazar ini menawarkan kesempatan untuk memamerkan produk-produk dari Toko Cura yang dapat digunakan kembali dan diisi ulang.

 

Produk yang diperkenalkan di booth antara lain sabun cuci piring, detergen cair, pelembut pakaian atau softener, minyak goreng, dan saus kecap. Di Pulau Harapan, karena Alner sebagai mitra supplier barang-barang reuse, mereka menampilkan sistem isi ulang (refill) dan menyediakan peralatan untuk menjalankan sistem tersebut.
 

Rizky Sukmayadi selaku program coordinator menjelaskan bahwa implementasi bazar ini sifatnya fleksibel, dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun, penyediaan lapak dari Sudin PPKUKM menjadi kesempatan berharga untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi program kerja proyek Circulating Island. 

 

Bazar ini dirancang untuk tidak hanya meningkatkan pendapatan penjualan UMKM setempat, tetapi juga memperkenalkan produk-produk buatan pulau kepada khalayak yang lebih luas, termasuk wisatawan. 

 

 

Tantangan Selama Pelaksanaan Bazar

 

Beberapa murid sekolah dasar yang mengikuti kegiatan di booth Toko Cura dalam pendampingan orang tua.

 

Mengenalkan dan memasarkan produk Cura menjadi tantangan tersendiri karena banyaknya pulau dan luasnya wilayah Kepulauan Seribu. Salah satu permasalahannya adalah toko Cura tidak ada di semua pulau, berbeda dengan warung-warung biasa yang tersebar di berbagai wilayah.

 

Selain itu, produk yang ditawarkan oleh toko Cura merupakan hasil olahan barang tak terpakai, dalam upaya menciptakan produk yang berkelanjutan. Ini menyebabkan harga produk toko Cura yang lebih tinggi dibandingkan produk di warung biasa ataupun produk yang ditawarkan Bulog di bazar. 

 

“Jadi produk Cura sebenarnya sama seperti produk lain, bedanya di harga awal memang lebih mahal karena beli kemasan dulu. Sistemnya kayak beli gas atau galon aja. Masyarakat pulau itu lebih senang dengan yang lebih murah, lebih terjangkau, karena kan mereka juga kerjaannya kan banyak ya. Ada yang memang PNS, ada yang nelayan,” kata Early Indira Salsabila Indrajaya, program facilitator proyek Circulating Island

 

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diadakan kegiatan seru yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat, seperti kuis dan penukaran kupon. Pelanggan toko Cura diberikan kupon dan stiker setiap kali melakukan pembelian, dan jika terkumpul hingga 20 kupon, mereka berhak menukarkan kupon tersebut. 

 

Pelanggan Toko Cura di Pulau Harapan bersama fasilitator setelah kegiatan edukasi produk guna ulang.

 

Meskipun banyak masyarakat yang antusias mendatangi booth toko Cura saat bazar di Pulau Kelapa, situasinya berbeda di Pulau Harapan. Jumlah masyarakat yang hadir di Pulau Harapan cukup sedikit, sementara jumlah UMKM yang hadir cukup banyak, sehingga sulit untuk memfokuskan perhatian pada toko Cura dan pesan yang coba disampaikan melalui promosi produk guna ulang.
 

Di Pulau Kelapa, total pendatang yang datang ke booth untuk menanyakan produk dan mengikuti kuis mencapai 30-40 orang selama dua hari. Sedangkan di Pulau Harapan, hanya ada belasan pengunjung dan acara berlangsung hanya satu hari.

 

Namun, Rizky menyebutkan bahwa beberapa tantangan yang muncul selama bazar bukanlah hal yang perlu benar-benar dikhawatirkan.

 

“Memang tujuan awal kita ikut bazar ini kalau untuk penjualan sih nggak. Kita nggak ada ekspektasi tinggi untuk penjualan, penjualan meningkat atau kayak gimana. Tapi memang kita menargetkannya lebih ke engagement, ke masyarakat aja. Jadi, masyarakat tahu dan familiar bahwa di pulau mereka itu ada sistem reuse dan sudah ada di beberapa warung gitu ya, di masing-masing sekolah,” katanya.


Penulis: Haneeza Afra

 

Project funded by BMZ and implemented by GIZ.

Share

Date Created

28 October 2024

Original Source

Copyright © 2021 Divers Clean Action | All Rights Reserved